INDOKOM NEWS | Di sebuah sudut Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, tempat di mana seharusnya hukum menjadi panglima, para ikan-ikan elektronik justru melompat-lompat bebas. Iya, benar! Mesin tembak ikan-ikan yang terang-terangan melawan hukum ini tampaknya lebih tangguh dari aparat yang seharusnya menegakkannya. Bukan hanya tangguh, tapi juga pintar. Mereka memasang portal menuju lokasi, bukan untuk membayar pajak, tapi untuk memastikan bahwa pemain berjudi aman dan nyaman. Nyaman melanggar hukum, tentu saja.
Lokasi perjudian ini bahkan terkesan punya “asuransi bocor razia.” Razia polisi? Ah, sudah seperti adegan film aksi kelas B. Begitu razia diumumkan, para pengelola sudah mengamankan mesin, uang, bahkan ikan-ikannya. Saat polisi datang, yang tersisa hanya warga yang sedang minum kopi, mungkin ditemani suara jangkrik. Hebat ya, teknologi teleportasi sudah ada di Sibolangit. Mesin judi bisa lenyap secepat kilat.
Tapi tunggu dulu. Drama tidak berakhir di situ. Para petugas malah terlihat sibuk memotret lokasi. Mungkin untuk kenang-kenangan? Atau sekadar laporan untuk atasan bahwa “tidak ada aktivitas perjudian.” Bagus, ya, hukum kita bekerja dengan kamera ponsel. Setelah itu? Zonk. Tidak ada tangkapan, tidak ada berita besar. Judi terus jalan, hukum terus tidur.
Adapun lokasi perjudian ini tidak sembarangan. Disamping Villa Lo..., Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit, serta di Bumi Perahan Pramuka Sibolangit Bandar Baru, tidak hanya perjudian tembak ikan yang menjadi masalah. Warga juga menduga tempat ini sebagai sarang peredaran narkoba jenis sabu-sabu. Iya, judi dan narkoba, paket lengkap pelanggaran hukum di satu tempat.
Jika benar, lokasi ini bukan hanya harus ditutup, tetapi "dibumi hanguskan". Bukan sekadar formalitas razia, tapi tindakan tegas yang menunjukkan bahwa hukum masih punya taring. Sayangnya, taring itu terlihat ompong ketika razia berakhir tanpa hasil. Apakah aparat takut, tidak serius, atau ada “sesuatu” yang membuat tangan mereka terikat?
Sungguh mengagumkan bagaimana para pengelola judi dan narkoba bisa "melawan hukum" dengan begitu santai. Bahkan lebih lucu lagi, masyarakat seakan lebih paham hukum daripada aparatnya. Warga bertanya, "Kenapa judi dan sabu-sabu bisa buka lagi setelah razia?" Padahal jawabannya mungkin sudah jelas: koordinasi atau bocornya informasi.
Aparat hukum seharusnya jadi pelindung, bukan jadi aktor dalam skenario lawak yang membuat masyarakat tepuk jidat. Razia tanpa hasil bukan lagi sekadar kegagalan teknis, tapi menjadi potret buruknya komitmen penegakan hukum. Jika terus begini, mungkin masyarakat lebih percaya ikan-ikan tembak dan bandar sabu daripada aparat penegak hukum.
Harapan masyarakat hanya satu "SERET" para pengelola judi tembak ikan dan pengedar ini ke meja hijau, bukan ke meja kopi.Jangan sampai masyarakat berpikir, "Ah, kalau mau buka judi atau edar sabu di Kecamatan Sibolangit aman kok, asal tahu caranya." Aparat harus membuktikan bahwa mereka bekerja untuk rakyat, bukan jadi figuran dalam drama perjudian dan narkoba.
Polsek Pancurbatu, ini bukan sinetron, ini soal hukum dan martabat Anda. Jangan sampai masyarakat bertanya-tanya: “Siapa yang lebih takut dengan hukum? Pengelola judi dan narkoba, atau aparat penegaknya?”.Waktunya tembak ikan-ikan itu, bumi hanguskan sarang sabu, dan lawan balik para pelanggar hukum. Jangan sampai, nama besar Polsek Pancurbatu hanya tinggal jadi bahan meme di media sosial.
Jangan salah, lokasi perjudian yang ada di Kecamatan Sibolangit bukan sekadar tempat main-main. Ini adalah markas besar di mana hukum diinjak-injak sambil tertawa. Tapi tunggu dulu, bukankah tempat ini sudah pernah dirazia? Iya, sudah. Hasilnya? Nihil. Zonk. Mesin hilang, uang raib, dan yang ada hanya warung kopi dengan pelanggan sok polos.
Razia tanpa hasil di lokasi ini sudah seperti acara lawak tengah malam. Ada yang bocorin razia? Atau ini cuma trik pengelola judi? Yang lebih seru, aparat yang datang malah sibuk foto-foto lokasi. Bukan menangkap pelaku, tapi menangkap sudut terbaik buat laporan. Hebat, ya. Kamera polisi lebih aktif daripada hukum itu sendiri.
Warga jelas mulai kehilangan kepercayaan. Ada yang bilang, “Kalau mau buka judi tembak ikan ikan, buka aja di Kecamatan Sibolangit, dijamin aman.” Kalau ini terus terjadi, Polsek Pancurbatu mungkin harus ganti slogan:“Melayani dan Dilayani.”
Kapolsek AKP Krisnat, ini bukan soal biasa. Ini perang melawan kejahatan, dan sekarang nama Polsek Pancurbatu sedang dipertaruhkan. Warga menunggu aksi nyata, bukan sandiwara. Jangan hanya jadi aktor pendukung dalam drama "Judi dan Sabu Berjaya di Sibolangit."
Polsek Pancurbatu harus "bersih-bersih". Kalau ada yang bermain di dalam tubuh aparat, sisir sampai ke akar. Jangan sampai hukum hanya jadi alat formalitas untuk laporan. Warga butuh hasil nyata.Kapolsek Pancurbatu, jadilah teladan bagi aparat lain. Tunjukkan bahwa Anda dan tim adalah penjaga keadilan, bukan pelengkap penderitaan masyarakat. Jangan biarkan nama Polsek Pancurbatu jadi bahan meme nasional. Jadilah legenda, bukan bahan tertawaan. Dan ingat, "judi dan sabu tidak akan menang jika aparatnya berani bertindak". Jadi, ayo bangun! Sebelum ikan-ikan itu habis ditembak, tapi nama baik Anda ikut tenggelam.**
(Red/Bersambung)