INDOKOM NEWS | Ada yang menarik di wilayah hukum Polsek Patumbak. Judi togel, yang sudah dilarang keras oleh pemerintah, justru tumbuh subur bak cendawan di musim hujan. Yang bikin kepala geleng-geleng, aksi para pelaku ini seakan tak gentar dengan kehadiran aparat penegak hukum. Padahal, seharusnya polisi adalah garda terdepan untuk memberantas hal semacam ini. Tapi apa daya, Polsek Patumbak terkesan adem-ayem, bahkan lebih sering bikin warga geregetan daripada lega.
Ketika ada laporan dari media tentang praktik perjudian, biasanya pihak Polsek Patumbak biaaanya langsung turun ke lokasi. Harapan masyarakat? Tentu saja aksi heroik ala film polisi pelaku judi digiring, alat bukti diamankan, dan masyarakat bisa bernapas lega. Tapi, tunggu dulu! Yang terjadi justru bikin kening berkerut. Alih-alih melakukan penangkapan, petugas malah sibuk… "foto-foto!
Foto-foto? Ya, benar! Bukan foto pelaku atau barang bukti, melainkan foto mereka sendiri di lokasi sambil memamerkan senyuman lebar. Kalau ditanya, jawabannya klise, “Sudah dicek, tidak ada aktivitas perjudian.” Nah lho, masyarakat yang tahu betul lokasi judi malah dibuat kesal. “Bilang saja tidak mau menangkap!” sindir seorang warga.
Yang bikin warga makin jengkel adalah ketika mereka berusaha memberikan informasi soal lokasi perjudian. Dengan penuh harap, masyarakat melaporkan lokasi yang jelas—misalnya kedai kopi yang sering jadi tempat mangkal jurtul (juru tulis) togel. Namun, hasilnya? Zonk!
Bukannya ada tindakan nyata, petugas malah menjadikan lokasi itu sebagai tempat untuk... ya, Anda tebak, *foto-foto* lagi. Sambil tersenyum di depan kamera, mereka mengklaim bahwa, “Tidak ada aktivitas perjudian di sini.” Benarkah? Atau mereka hanya melihat apa yang mau mereka lihat?
Warga yang sudah geram pun akhirnya memilih diam, karena percuma saja memberikan informasi lebih lanjut. Mereka tahu ujung-ujungnya hanya akan jadi laporan kosong tanpa hasil. Malah ada yang berkelakar, “Polisi turun hanya untuk wisata selfie, bukan untuk menangkap!”
Parahnya lagi, aktivitas togel online ini bukan dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Para jurtul dengan santainya mangkal di kedai kopi yang ramai pengunjung. Dengan ekspresi santai, mereka melayani para penebak angka yang datang silih berganti. Seolah-olah hukum itu hanya tulisan tanpa makna.
Masyarakat pun bertanya-tanya: “Apakah hukum di Polsek Patumbak memang tidak berlaku untuk para pelaku togel ini?” Atau, lebih sinis lagi, “Apakah ini hanya soal ‘tutup mata’ karena sesuatu yang tidak terlihat?”
**Kapolsek Patumbak, Kompol Faidir Caniago, Apa Kabar?**
Kompol Faidir Caniago, sebagai Kapolsek Patumbak, seharusnya menjadi ujung tombak dalam menertibkan wilayah hukumnya. Namun, jika kondisi seperti ini terus berlanjut, tentu nama baik beliau juga dipertaruhkan.
Bukankah lebih baik membuktikan kerja nyata daripada sibuk klarifikasi atau bahkan menyalahkan media? Lagi pula, kalau memang tidak ada perjudian, mengapa masyarakat terus melapor dan menunjuk lokasi yang sama?
Sebagai penegak hukum, ada baiknya petugas yang turun ke lapangan merasa malu jika tidak berhasil menangkap pelaku perjudian. Bukannya bangga malah foto-foto seperti sedang piknik! Masyarakat butuh tindakan nyata, bukan sekadar pencitraan yang bikin sakit hati.
Jika kinerja seperti ini terus berlanjut, jangan salahkan masyarakat jika Polsek Patumbak mulai dijadikan bahan meme atau sindiran tajam di media sosial. Jangan sampai kepercayaan masyarakat benar-benar hilang. Lebih baik segera bertindak dan buktikan bahwa hukum itu tajam untuk semua, bukan hanya untuk sebagian kecil pihak.
Jadi, bagaimana, Kompol Faidir Caniago? Saatnya tunjukkan bahwa Polsek Patumbak bukan sekadar tempat selfie, tapi benar-benar menjadi pelindung, pengayom, dan pelayan masyarakat. Kami tunggu aksi nyatanya, bukan janji atau pembelaan kosong! **
(Red/Bersambung)