INDOKOM NEWS | Ketegangan memuncak di Batalyon Artileri Medan (Armed) 2/105 Kilap Sumagan pada Sabtu (9/11/2024) ketika ratusan warga Desa Selamat, Kecamatan Sibiru-biru, Kabupaten Deliserdang, Sumatera Utara, berbondong-bondong mendatangi markas tersebut.
Mereka datang dengan satu tujuan menuntut keadilan atas kematian Raden Barus (60), seorang warga desa yang diduga menjadi korban kekerasan oleh oknum personel TNI.
Iseden bentrokan warga dengan Oknum ini terjadi di Desa Selamat Kecamatan Biru-Biru, Kabupaten Deliserdang, Sumatera Utara, terjadi pada hari ,Jumat 8 Nov 2024 malam.
PERJALANAN PENUH EMOSI MENGIRINGI JENAZAH
Pagi itu, suasana berkabung menyelimuti rumah duka Raden Barus di Dusun IV, Desa Selamat. Warga yang telah menunggu sejak pagi bergerak bersama ambulans yang membawa jenazah Raden Barus, yang baru saja diautopsi.
Barisan warga berjalan kaki dan menggunakan sepeda motor, mengikuti ambulans yang melaju perlahan, seolah menahan setiap langkah dengan penuh kesedihan dan kemarahan.
Di sepanjang perjalanan menuju markas batalyon Armed KS yang berjarak sekitar dua kilometer, pekikan tuntutan keadilan terus bergema dari mulut warga.
Mereka mendesak tanggung jawab atas dugaan penganiayaan yang mengakibatkan Raden Barus meregang nyawa dengan luka serius di kepala dan perut, yang diduga akibat tusukan senjata tajam.
KETEGANGAN DI DEPAN GERBANG BATALYON ARMED
Situasi memanas saat rombongan warga hampir tiba di gerbang markas. Di tengah perjalanan, mobil ambulans sempat mogok, tetapi warga dengan tekad bulat mendorongnya bersama-sama.
Namun, ketegangan meningkat ketika dua truk pengangkut personel TNI keluar dari gerbang dengan kecepatan tinggi menutup akses jalan sekitar 50 meter dari gerbang untuk mencegah warga mendekat.
Di tengah situasi yang semakin panas, terdengar kabar bahwa Pangdam I Bukit Barisan, Letjen Mochammad Hasan, berada di dalam markas yon Armed.
Warga mendesak masuk, menuntut kehadiran pimpinan Batalyon untuk memberikan penjelasan atas insiden yang terjadi.
JANJI LETKOL ARM HERMAN SANTOSO: “Saya Bertanggung Jawab”
Setelah menunggu dengan ketegangan yang kian memuncak, Letkol Arm Herman Santoso, Komandan Batalyon Armed 2/105, akhirnya menemui massa.Ia pun Naik ke atas truk pengangkut personel di hadapan massa,
Letkol Herman berbicara dengan suara lantang dan penuh keyakinan. Di hadapan ratusan warga yang menuntut keadilan, ia berjanji akan bertanggung jawab sepenuhnya atas tindakan anak buahnya.
"Saya yang tanggung, saya yang akan bertanggung jawab. Saya akan proses hukum," ucapnya tegas. Pernyataannya disambut dengan sorakan warga yang menginginkan keadilan.
Letkol Herman bahkan menyatakan siap mempertaruhkan jabatan dan pangkatnya demi memastikan semua yang terlibat akan diproses hukum sesuai aturan.
TUNTUTAN KEADILAN YANG TERUS MENGGEMA
Tindakan warga Desa Selamat ini mencerminkan kemarahan dan kekecewaan mendalam terhadap insiden yang telah melukai seorang warga sipil hingga tewas.
Mereka tidak hanya datang untuk berkabung, tetapi juga membawa pesan kuat: bahwa kekerasan tidak dapat dibenarkan, apalagi dilakukan oleh pihak yang seharusnya melindungi.
Insiden ini tidak hanya menjadi catatan hitam dalam hubungan antara warga dan aparat, tetapi juga menjadi pengingat penting akan tanggung jawab moral dan hukum yang harus diemban oleh semua pihak.
Tindakan Letkol Arm Herman yang berani berjanji untuk menuntut keadilan membuka harapan, tetapi warga masih menanti langkah konkret untuk memastikan insiden serupa tidak terjadi lagi di masa depan.**
(Jakub Kaban)